Minggu, 20 September 2015

KU PASRAHKAN HATIKU



Saat pertama kali aku bertemu denganmu, rasa yang sedikit berbeda itu memang ada. Tapi kemudian aku anggap rasa itu sebagai hal wajar dan tidak untuk merasakannya lebih dalam, hingga saat itu tiba ketika aku bersamamu ditempat duduk yang sama. Kamu tau rasaku? Ada sedikit tidak nyaman namun bahagia bisa berdua denganmu. Kita hanya terdiam satu sama lain, hal itu membuatku juga terdiam. Aku kubur dalam-dalam rasa yang aneh itu.
Waktu yang telah ditentukan sebagai tugas itu telah tiba. Hari demi hari aku pun berjumpa denganmu diwaktu makan pagi dan tentunya waktu makan malam, bertemu saat dilapangan dan waktu rapat. Ya, rasa aneh itu tidak muncul kembali, namun ketika ku dengar alunan suaramu membaca ayat-ayat suci itu aku terdiam. Rasa itu tiba-tiba muncul kembali, rasa yang sedikit lebih besar namun tetap aku tak ingin mencoba untuk menggalinya lebih dalam lagi. Aku tak punya keberanian untuk lebih.
Hari demi hari, minggu demi minggu dalam waktu 40 hari kita lewati bersama-sama, merasakan hangatnya suasana kekeluargaan. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, tinggal menghitung hari kita semua akan kembali dan tidak bersama lagi. Tiba-tiba ada sebuah pesan darimu, dan kita menjadi teman. Merasa nyaman satu sama lain. Aku bahagia.
Tanggal 25 Agustus 2015, acara besar terakhir dalam tugas ini pun tiba, kita bertemu dalam satu ruangan bahkan kita duduk saling bersebelahan. Tiba-tiba kamu pergi, aku melihat ponselku dan ternyata ada satu pesan darimu mengajakku untuk makan bersama dikantin belakang. Aku menyambut ajakanmu dan kita pergi minum bersama. Obrolan dan candaan singkat denganmu itu berharga.
Acara telah selesai, aku dan kamu pulang bersama dan kembali dalam satu tempat duduk yang sama. Bagaimana ini? Rasa aneh itu muncul dengan volume yang lebih besar. Aku dan kamu lebih sering berkirim pesan satu sama lain beberapa hari ini. Jujur, hal itu membuatku bahagia. Rasa sepi itu hilang.
Tinggal 10 hari tersisa, tanggal 27 Agustus 2015 pesan darimu benar-benar membuatku kaget sekaligus bahagia. Kamu bilang, kamu ingin berada dalam hatiku. Jujur, sebenarnya aku takut. Takut jika pada akhirnya kamu hanya akan menghancurkannya. Namun dalam pesanmu dituliskan bahwa sejak pertama kali kita bertemu kamu selalu menyebut namaku dalam doamu setelah sholat.
Bismillahirrahmaanirrahiim… ku ucapkan basmallah dengan tetesan air mata berharap jika kamu adalah seseorang yang selama ini aku tunggu. Aku minta kamu untuk senantiasa berdoa agar Tuhan meridhoi aku dan kamu, begitu pun denganku. Selalu, dan tak akan pernah aku lupa untuk sebutkan namamu dalam setiap doaku. Aku harap Tuhan akan meridhoi aku dan kamu calon imamku.
Sejak saat itu, aku ingin menjadi yang lebih baik untukmu. Berusaha untuk tidak meninggalkan kewajiban 5 waktuku dan selalu mengajakmu untuk sholat ketika waktu sholat telah tiba. Aku ingin bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik bersamamu dan mengharapkan ridho-Nya selalu terlimpahkan pada kita.
Kewajiban setiap orang untuk membawa buku sumbangan untuk perpustakaan, aku dan kamu pergi bersama untuk membelinya. Kamu menawarkanku untuk sejenak singgah dirumahmu, dengan senang hati ku jawab “Ya! Aku mau.” Tapi, rencana untuk singgah dirumahmu terpaksa kita batalkan mengingat waktu yang semakin siang. Aku dan kamu pergi ke posko temanmu, obrolan singkat. Adzan dzuhur telah berkumandang, aku mengajakmu untuk segera sholat. Dan akhirnya kita pergi ke masjid At-Taqwa untuk sholat bersama-sama. Aku merasa sangat bahagia, dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi bersama-sama dengamu.
Setelah selesai sholat, aku dan kamu segera pergi untuk mencari buku-buku yang akan kita sumbangkan untuk perpustakaan. Kita masing-masing membeli dua buah buku cerita anak-anak. Seharian perjalanan membuat kita lapar, aku dan kamu makan bersama dengan menu makanan yang sama. Sambil menunggu pesanan, kita berfoto-foto, bercanda, dan saling bertukar cerita. Makanan pun datang. Setelah selesai makan, aku dan kamu melaksanakan sholat ashar sebelum kembali pulang. Kamu tahu? Sepanjang hari itu aku merasa sangat bahagia, sebuah kenangan berharga bersamamu. Rasanya aku tak ingin hari itu cepat berakhir. Aku menyayangimu.
Hari perpisahan tiba, aku merasa sangat bahagia ketika aku mendengar jika kamu akan kembali membaca ayat-ayat suci itu. Mendengarkanmu membaca ayat-ayat suci adalah salah satu hal yang paling membuatku bahagia dan membuatku semakin menyayangimu. Aku berharap kamu bisa menjadi imam yang baik bagi keluarga kita kelak. Ya, aku rasa memang aku terlalu jauh berharap, tapi memang itulah harapanku.
Hari waktunya pulang tiba, kita semua memakai pakaian batik yang seragam. Kita semua berfoto bersama. Tidak terkecuali aku dan kamu, kita berfoto bersama dengan memakai pakaian yang sama. Aku merasa sangat senang. Ingin rasanya membuat ratusan bahkan ribuan foto, mengukir kenangan bersama denganmu. Setelah satu demi satu teman kita pulang, aku dan kamu pulang bersama. Kita meninggalkan tempat yang sudah membuat kita bisa bersama sekarang. Aku merasa sedih. Terima kasih, kamu sudah mau mengantarkanku pulang dan makan bersama.
Tiba saatnya kamu pun harus pulang, meninggalkanku ditempat yang berbeda. Kita tak bisa bertemu lagi setiap hari, makan bersama setiap hari, bahkan melihatmu lagi setiap hari. Aku merasa sedih, berat hati dan rasa tak ingin jauh darimu itu semakin kuat saat kamu harus kembali pulang. Selamatlah sampai tujuanmu, aku mendoakanmu. Hari demi hari setelah kita tak lagi bisa bersama setiap harinya kita lalui. Rasa rindu akan kebersamaan kita semakin menyadarkanku untuk tidak ingin kehilanganmu.
Disetiap kehidupan, cobaan dan ujian memang selalu ada. Begitu pun aku dan kamu. Ya, kita dan orang lain. Jujur, aku merasa tidak nyaman dan takut akan kehilangan dirimu ketika aku tahu pesan-pesanmu dengan seseorang dimasa lalumu atau mungkin masih sampai saat ini. Tak ada niat sedikit pun untuk membatasimu melakukan apa yang kamu inginkan bahkan apa yang kamu suka. Maafkan aku, jika sikap ketidaknyamananku membuatmu merasa dibatasi atau bahkan menganggapnya sebuah larangan bagimu. Sungguh tidak seperti itu. Yang aku tahu aku menyayangimu dan tak ingin kehilanganmu, hanya itu.
Sejak itu, aku jarang menerima pesan darimu lagi. Jujur ingin sekali aku mengawali, mengirim pesan padamu namun takut jika pesanku hanya akan membuatmu tidak nyaman. Jika memang kamu belum bisa menetapkan hatimu, aku akan berusaha mengerti. Tapi bagaimana aku harus bersikap jika kamu hanya diam? Apakah kamu tak ingin bersamaku lagi? Selalu ku ucapkan namamu dalam doaku, menangis meneteskan air mata. Memohon diatas sajadah, meminta petunjuk dan hal yang terbaik untuk kita.
Ya, memang seharusnya aku tak merasa cemas karena dari awal telah ku ucapkan basmallah dan sudah aku titipkan semua pada-Nya. Namun hati ini memang punya rasa, rasa menyayangi dan rasa tak ingin kehilanganmu. Jika aku memang tulang rusukmu yang hilang, pasti kita akan dipersatukan, namun jika aku memang bukan tercipta untukmu semoga kita bisa untuk menjadi sahabat. Semoga Tuhan menjawab doaku, semoga Tuhan menjawab doamu.

Love "N"